PUT ISLAM IN AND ON, IN YOUR HEART AND ON EVERYTHING

Minggu, 27 Desember 2009

Bangkitkan Semangatmu Wahai Jundullah

Transaksi jual beli yang biasa dilakukan dipasar atau dimanapun itu udah menjadi pemandangan biasa, kita menyambung hidup dengan melakukan transaksi. Mungkin kita tahu asas transaksi umat muslim yang diajarkan Rasululah SAW, nyang kalo kata orang betawi “lu seneng gua seneng” pembeli senang mendapatkan barang dengan harga murah dan penjual senang dagangannya laris.

Tentu antum ga menganut prinsip ekonomi yang diajarkan sewaktu SMP kan? “Dengan modal yang sekecil-kecilnya mendapatkan untung yang sebesar-besarnya” prinsip ekonomi orang Yahudi. Lalu apa hubungannya jual beli dengan para Jundullah? Apakah untuk menjadi Jundullah harus melakukan transaksi, atau sebagai Jundullah itu “sedang” melakukan transaksi jual beli?.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”(QS.At-Taaubah:111)

Wauw, Allah menawarkan kepada kita tentang perniagaan yang imbalannya pun lebih dari cukup, yaitu Jannah, Apakah ada yang mau membayar lebih menggiurkan daripada tawaran ini?. Lalu apalagi yang membuat kita terlena dengan tawaran orang di dunia? Apa kita ga pernah baca ayat ini? Atau kelewat waktu baca Qur'an?, atau emang ga ngerti maksudnya?.


KISAH TELADAN

Kisah teladan tentu banyak banget kisah Rasulullah dengan para sahabat, dari perang badar, pelajaran dari perang uhud bahkan sampai kisah mujahiddin di Chechnya, Iraq, Palestina dan masih banyak lagi. Kita bisa mengingat Julaibib RA, orang yang dipandang paling rendah karena nasabnya tidak jelas tetapi apa do'a yang Rasulullah ucapkan sewaktu Julaibib syahid, “Dia telah membunuh tujuh orang (kafir), dan merekapun telah membunuhnya. Dia adalah bagian dariku dan aku adalah bagian dirinya”.

Waw, do'a yang membuat para sahabat dan tentu membuat orang iri, atau kisah tentang sekelompok anak kecil sedang bermain bola dan bolanya mengenai seorang uskup yang sedang lewat, lalu seorang dari mereka meminta bolanya dan berkata “Aku memohon kepadamu, dengan kesucian Nabi Muhammad SAW, kembalikan bola itu pada kami!” tetapi uskup itu malah menghina Rasulullah, dan dengan serempak anak-anak itu menyerang sang uskup dam memukulinya dengan tongkat hingga mati.

Perkara itu diadukan kepada khalifah Umar RA, justru Umar bergembira dan bangga, bahkan dia tidak pernah bangga seperti itu sewaktu berhasil menaklukkan suatu wilayah dan mendapat ghanimah yang banyak, Umar berkata “Sekarang, Islam sangat mulia, sekelompok anak kecil yang dicaci nabi mereka, lalu mereka marah dan menang, dan nyawa uskup itupun melayang!”.

Atau mungkin kita juga bisa melihat Mujahiddin zaman sekarang seperti Jendral Khattab yang dikenal sebagai Jendral pasukan Arab di Chechnya yang bersama 500 Mujahiddin Chechnya berhasil mengalahkan lebih dari 16.000 Tentara Rusia dengan perbandingan senjata 1:10, karena sewaktu melihat filmnya ana tertawa karena senjata yang digunakan para mujahiddin pun sering macet sewaktu di kokang.

Atau Dr.Abdullah Azzam P.hd sebagai pelopor para mujahid zaman ini, yang dikatakan bahwa sepeninggalan beliau wanita muslimah gagal melahirkan anak seperti beliau, Wasiat yang beliau tinggalkan :


Wahai Para Da'i Islam! Carilah kematian niscaya anda akan dikaruniai kehidupan.

Janganlah anda sampai tertipu oleh angan-angan kalian.
Janganlah anda sampai tertipu oleh buku-buku yang anda baca dan amalan-amalan sunnah yang anda lakukan sehingga anda melupakan kewajiban besar
Wahai Para Ulama Islam! Majulah kalian untuk memimpin generasi yang ingin kembali kepada Rabb-nya ini.

Janganlah kalian cenderung kepada kehidupan dunia.
Wahai Kaum Muslimin! Telah lama kalian tidur nyenyak, sehingga kerusakan merajalela di negeri kalian.
Wahai Kaum Wanita! Jauhilah kehidupan mewah dan megah karena kemewahan itu musuh disamping akan merusak jiwa manusia.
Hindarilah barang-barang yang tidak terlalu penting dan cukupkanlah dengan kebutuhan-kebutuhan primer.

Binalah anak-anak kalian untuk menjadi orang yang berani dan siap berjihad.
Tanamkanlah pada jiwa anak-anak kalian cinta Jihad dan perjuangan. Hiduplah dengan penuh perhatian terhadap problematika kaum Muslimin.
Biasakanlah paling tidak sehari dalam sepekan hidup menyerupai kehidupan kaum
Muhajirin dan Mujahidin yang hanya memakan sekerat roti kering dan beberapa teguk air.
Wahai Anak-Anak! Jauhkanlah diri kalian dari bualan lagu-lagu dan musik-musik orang-orang pengumbar nafsu.
Jauhkanlah punggung kalian dari kasur orang-orang yang hidup bemewah-mewahan.
…..........
Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat.
Kesabaran menghadapi kesulitan lebih manis daripada hidup bergemilang kemewahan dan kemegahan.
Pertahankanlah hidup zuhud niscaya Allah mencintaimu, dan janganlah engkau menginginkan apa yang ada di tangan orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu.
Al-Quran adalah kenikmatan dan teman hidup.
Bangun malam, shiam sunnah dan istighfar di waktu pagi akan membuat hati menjadi bersih dan menjadikan engkau merasakan manisnya ibadah.
Bertemanlah dengan wanita-wanita shalihah, tidak berambisi kepada kehidupan dunia dan menjauhi kemewahan dan cinta dunia, akan memberikan ketenangan hati.
Semoga Allah mempertemukan dan menghimpun kita di Surga Firdaus, sebagaimana Allah menghimpun kita di dunia.

Wahai Kalian Anak-Anakku! Sesungguhnya kalian tidak mendapatkan perhatianku kecuali sedikit.
Kalian tidak memperoleh pembinaan dariku kecuali sedikit. Ya, aku tidak memberikan perhatian kepada kalian.

Tetapi apa yang dapat aku lakukan sementara malapetaka terhadap kaum Muslimin membuat orang hamil melahirkan kandungannya dan musibah yang menimpa Umat Islam membuat rambut bayi-bayi beruban.

Demi Allah, aku tidak kuasa hidup tenang sementara api malapetaka membakar hati kaum Muslimin.
Aku tidak rela hidup di tengah-tengah kalian menikmati hidangan lezat.
Demi Allah, sejak dulu aku membenci kemewahan, baik dalam pakaian, makanan ataupun tempat tinggal.
Aku berusaha mengangkat kalian ke tingkat orang-orang zuhud dan aku jauhkan kalian dari lumpur kemewahan.

Aku wasiatkan kepada kalian agar berpegang teguh kepada Aqidah Salaf (Ahlussunnah wal-Jama'ah) .
Jauhkanlah diri kalian dari sikap berlebih-lebihan.
Baca dan hafalkanlah Al-Quran. Jagalah lisan, bangunlah malam, lakukanlah puasa sunnah, bergaul-lah dengan orang-orang baik, aktiflah bersama gerakan Islam.................................
(Wasiat Syeikh Abdullah Azzam)



afwan semoga antum ga bosen bacanya, coz, itu wasiat yang sangat bagus untuk kita.


“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”(QS.Ali-Imraan:169)


JIHAD IDENTIK DENGAN PERANG?

Mungkin ada yang bertanya kenapa Jihad di identikkan dengan perang padahal Jihad mempunyai makna yang luas? Memang benar Jihad mempunyai makna yang luas tetapi kita tahu seperti para sahabat dan ulama terpercaya zaman dahulu mendifinisikan Jihad dengan qital.

Jihad adalah ungkapan tentang pengerahan seluruh kemampuan… sedangkan menurut pengertian syariat, jihad bermakna pengerahan seluruh kemampuan dan tenaga dalam berperang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta, lisan ataupun yang lain.(Imam Hanafi,Badaa’i’ as-Shanaa’i’)

Jihad adalah perangnya seorang Muslim melawan orang Kafir yang tidak mempunyai perjanjian, dalam rangka menjunjung tinggi kalimat Allah Swt. atau kehadirannya di sana (yaitu berperang), atau dia memasuki wilayahnya (yaitu, tanah kaum Kafir) untuk berperang.(Ibnu 'Arafah,Munah al-Jaliil)

begitu pula dengan Imam Syaafi'i yang juga mengartikan Jihad dengan perang di Jalan Allah, lihat dalam kitab al-iqnaa, dan masih banyak ulama lain yang mengartikan yang tidak beda jauh. Jadi apakah diri kita sudah mantab untuk berniaga dengan Allah? Allah hanya menukar diri dan harta kita dengan Jannah, apakah kita tidak setuju atau tawaran itu kurang menarik? Kalau dunia fana itu membuatmu tertarik, silahkan! Itulah perniagaanmu tapi Allah sudah mengingatkan kita

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”(QS.Al-Baqarah:16)

Jadi Allah telah memberikan keleluasaan kita untuk memilih, mau kesenangan duniawi semata atau kesenagan abadi? Tapi apakah kesenangan abadi akan kita peroleh kalo kita masih suka dengan dunia fana? Sholat iya ciuman lanjut ( kecuali kalo udah halal), ngaji jalan nyontek masih. Mau jihad nanti aja kalo dah diserang sama penjajah? Dasar orang tertindas!. Mau jihad tapi masa mudanya penuh maksiyat ngarepin tuanya tobat? besok loe itu mati!. Jadi mau persiapkan diri dari sekarang atau mau main-main aja, terserah kita, tanggung sendiri akibatnya.

Kamis, 17 Desember 2009

Keajaiban Manusia Akhir Zaman

Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat banyak dan nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli memperhatikannya sehingga terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja. Namun, bila kita cermati dengan baik, kita akan menemukan segudang keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua lini kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan terkait dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir manusia yang paradoks yang berkembang biak di akhir zaman ini.

Berikut ini adalah sebagian kecil dari berfikir paradoks yang berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi, berfikir paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat Islam dan para tokoh mereka. Di antaranya :

Bila seorang pengusaha atau pejabat tinggi melakukan korupsi milyaran dan bahkan triliunan rupiah, maka aparat penegak hukum dengan mudah mengatakan tidak ada bukti untuk menahan dan mengadilinya.

Namun, bila yang mencuri itu seorang nenek atau masyarakat bawah (lemah), dengan mudah dapat ditangkap, disidangkan dan diputuskan hukuman penjara, kendati mereka mengambil hanya satu buah semangka atau tiga buah kakau, mungkin saja karena lapar.

Bila ada orang atau kelompok dengan nyata-nyata merusak dan melecehkan ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti Tuhan, Kitab Suci dan Rasulnya, di negeri-negeri Islam, maka orang dengan gampang mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan berpendapat, berekspresi dan menafsirkan agama.

Namun, bila ada khatib, ustazd atau masyarakat Muslim mengajak jamaah dan umat Islam untuk konsiten dengan ajaran agamanya, maka orang dengan mudah menuduhnya sebabai khatib, penceramah atau ustazd yang keras dan tidak bisa berdakwah dengan hikmah, bahkan perlu dicurigai sebagai calon teroris.

Apa saja yang dituliskan dalam koran, dengan mudah orang mempercayainya, kendati itu hanya tulisan manusia dan belum teruji kebenarannya. Membaca dan mempelajarinya dianggap lambang kemajuan.

Akan tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Qur’an belum tentu dipercayai dan diyakini kebenarannya, kendati mengaku sebagai Muslim. Padahal Al-Qur’an itu Kalamullah (Ucapan Allah) yang mustahil berbohong. Kebenarannya sudah teruji sepnajang masa dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan mengajarkan Al-Qur’an bisa mengajarkan paham terorisme.

Tidak sedikit manusia, termasuk yang mengaku Muslim yakin dan bangga dengan sistem hidup ciptaan manusia (jahiliyah), kendati sistem yang mereka yakini dan banggakan itu menyebabkan hidup mereka kacau dan mereka selalu menghadapai berbagai kezaliman dan ketidak adilan dari para penguasa negeri mereka. Mereka masih saja mengklaim : inilah jalan hidup yang sesuai dengan akhir zaman.

Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk kembali kepada hukum Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan itu akan membawa kepada keterbelakangan, kekerasan dan terorisme, padahal mereka tahu bahwa Islam itu diciptakan oleh Tuhan Pencipta mereka (Allah) untuk keselamatan dunia dan akhirat dan Allah itu mustahil keliru dan menzalimi hamba-Nya.

Ketika seorang Yahudi atau agama lain memanjangkan jenggotnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya.

Namun, saat seorang Muslim memelihara jenggotnya, dengan mudah orang menuduhnya fundamentalis atau teroris yang selalu harus dicurigai, khususnya saat masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel dan sebagainya.

Ketika seorang Biarawati memakai pakaian yang menutup kepala dan tubuhnya dengan rapih, orang akan mengatakan bahwa sang Biarawati telah menghadiahkan dirinya untuk Tuhan-nya.

Namun, bila wanita Muslimah menutup auratnya dengan jilbab atau hijab, maka orang akan menuduh mereka terbelakang dan tidak sesuai dengan zaman, padahal mereka yang menuduh itu, para penganut paham demokrasi, yang katanya setiap orang bebas menjalankan keyakinan masing-masing.

Bila wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar karena menjaga, merawat rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan memujinya karena ia rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi kepentingan rumah tangga dan keluarganya.

Namun, bila wanita Muslimah tingal di rumah menjaga harta suami, merawat dan mendidik anaknya, maka orang akan menuduhnya terjajah dan harus dimerdekakan dari dominasi kaum pria atau apa yang sering mereka katakan dengan kesetaraan gender.

Setiap mahasiswi Barat bebas ke kampus dengan berbagai atribut hiasan dan pakaian yang disukainya, dengan alasan itu adalah hak asasi mereka dan kemerdekaan mengekpresikan diri.

Namun, bila wanita Muslimah ke kampus atau ke tempat kerja dengan memakai pakaian Islaminya, maka orang akan menuduhnya eksklusif dan berfikiran sempit tidak sesuai dengan peraturan dan paradigma kampus atau tempat kerja mereka.

Bila anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang mereka ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat, kecerdasan dan kreativitas sang anak.



Namun, bila anak Muslim dibiasakan mengikuti pendidikan praktis agamanya, maka orang akan mengatakan bahwa pola pendidikan seperti itu tidak punya harapan dan masa depan.

Ketika Yahudi atau Nasrani membunuh seseorang, atau melakukan agresi ke negeri Islam khususnya di Paestina , Afghanistan , Irak dan sebagainya, tidak ada yang mengaitkannya dengan agama mereka. Bahkan mereka mengakatakan itu adalah hak mereka dan demi menyelamatkan masyarakat Muslim di sana.

Akan tetapi, bila kaum Muslim melawan agresi Yahudi atas Palestina, atau Amerika Kristen di Irak dan Afghanistan, mereka pasti mengaitkannya dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai pemberontak dan teroris .

Bila seseorang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain, maka semua orang akan memujinya dan berhak mendapatkan penghormatan.

Namun, bila orang Palestina melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan anaknya, saudaranya atau orang tuanya dari penculikan dan pembantaian tentara Israel, atau menyelamatkan rumahnya dari kehancuran serangan roket-roket Israel, atau memperjuangkan masjid dan kitab sucinya dari penodaan pasukan Yahudi, orang akan menuduhnya TERORIS. Kenapa? Karena dia adalah seorang Muslim.

Bila anak-anak Yahudi diajarkan perang dan senjata otomatis untuk membunuh kaum Muslimin Palestina, maka orang akan menegatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya membela diri kendati mereka adalah agresor.

Namun, bila anak Palestina belajar melemparkan batu menghadapi prajurit Yahudi yang dilengakapi dengan tank dan senjata canggih lainhya saat menghancurkan rumah, masjid dan kampung mereka, maka orang akan menuduh mereka sebagai pelaku kejahatan yang pantas ditangkap, dipatahkan tangannya dan dipenjarakan belasan tahun.

Nah, inilah sekelumit keajaiaban manusia di akhir zaman ini. Bisakah kita mendapatkan pelajaran yang baik sehingga dapat menentukan sikap yang benar, atau kita akan jatuh menjadi korban keajaiban akhir zaman? Allahul musta’an….(fj)



Sumber : eramuslim.com

Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?...

Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.

Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)

Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.

Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.

Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.

Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, takala mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu… ,” ujarnya sedih.

Nah!
Ikhwan GANTENG
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.

(G) GESIT DALAM DA’WAH
Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.

(A) ATENSI PADA JUNDI
Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.

(N) NO REASON, DEMI MENOLONG
Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.

(T) TANGGAP DENGAN MASALAH
Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.
Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.

(E) EMPATI
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.

Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”

(N) NAHKODA YANG HANDAL
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.

(G) GENTLE
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.

PENUTUP:
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)…” (QS. An-Nisa’:34).

Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amiin.

Andaikan Aku Bukan Aktivis

Suatu siang yang padat, di tengah suasana kerja, senyapnya kantor saat itu, dan di tengah diskusi seru tentang da'wah kampus, HPku menjerit. Sebuah SMS masuk, mengalihkan perhatian sesaat. Terlebih karena isinya ...

"... Rasanya pengen ngomong buanyak. Sedang bosen dengan da'wah. Sebel sama qiyadah & ikhwah disini. Benar-benar bukan perjalanan da'wah yang rapi. Bener kalo qt rapuh, mudah dihancurkan.
Makin BERKELIT semakin SULIT,
makin MERINTIH semakin PERIH, makin TAK ACUH semakin KACAU,
makin BERLAGAK semakin TERJEBAK,
makin MERENUNG semakin BINGUNG,
makin DIAM semakin DILUPAKAN.
Dimanakah muara semua tanya?"

Spontan saat itu kawan bicaraku merespon, "ALLAH". Seolah menjawab sebuah pertanyaan.
"He? Maksudnya apa?", spontan juga celetukku. ga ngerti.
"Ya Allah-lah muara semua tanya", jawabnya datar, dalam.

Bukan satu dua SMS bernada sama pernah 'beredar' di kalangan aktifis da'wah. Lelah, kecewa, ga' ngerti, semua campur baur membentuk formula yang pas untuk sebuah pilihan, KELUAR.
'Pamit' dari jalan da'wah.

Sebel ama qiyadah yang nyebelin orang sebel Kecewa pada keputusan jama'ah yang mengecewakan orang-orang kecewa
Ga puas dengan kinerja ikhwah yang ga memuaskan orang-orang ga puas

Ckckck..
sampai ke sebuah kesimpulan, ikhwah ga bisa DIANDALKAN! Da'wah bikin capek, terkekang, makan ati! Pilihan untuk menjadi "orang-orang biasa", marginal, yang mengamati pusaran gerakan dari tepian perjuangan yang "aman" semakin mengaum-ngaum di benak.

Andai aku bukan aktifis...
Ga perlu ngerasa sebel sama qiyadah yang sering sok tau terhadap kondisi lapangan, mengambil kebijakan irasional. Padahal mereka cuma bintang-bintang yang bergelantungan di langit da'wah kampus tanpa pernah menapak bumi. Tanpa merasakan perihnya tertusuk duri atau kerikil tajam di tanah yang becek.

Andai aku bukan aktifis...
Ga perlu menghadiri syuro' poci-poci tak terarah yang ga menghasilkan sedikitpun perbaikan, selain makin bertambahnya robot lapangan yang cuma tau 'kerja', tanpa diberi kesempatan berpikir.

Andai aku bukan aktifis...
Ga perlu kecewa dengan kinerja orang-orang yang mengaku dirinya da'i, tapi sering pesimis, asal-asalan, dan ga profesional.

Yah...andai aku bukan aktifiiiiis!

Aku akan bebas.
Berekspresi.
Berkreasi.
Berda'wah dengan ceria.

Kutatap gemuruh langit, gemuruh hati,
menggumpal-gumpalka n berbagai fakta kekecewaan.
Sesak.

Benar-benar membayangkan,
Andai aku bukan aktifis...
Pasti aku adalah pasifis, yang kerjanya dari hari ke hari cuma mringis terkikis moleknya dunia yang makin lama makin bengis dan tragis

Andai aku bukan aktifis...
Ga kan mungkin aku bisa menangis haru teringat syurga Karena syurga hanya mampu terdefinisi oleh padatnya PERJUANGAN.

Andai aku bukan aktifis...
Membaca saja aku susah, apalagi menulis!;p

Di atas tingginya bukit kekecewaan ini, aku pengen berteriak lantang kepada kalian semua :
Woiii, ikhwah..! Mas'ul A! Mas'ul B! Murobbiku! Ikhwah A, B, C,...Z!!
Emang siapa kalian bisa ngejauhin aku dari Allah???
Emang siapa kalian bisa bikin aku memilih mundur dari jalan da'wah???

Rugi banget kalo aku ninggalin jalan menuju syurga karena aku KECEWA SAMA KALIAN..!
Wong ntar qt dikubur sendiri-sendiri, kok.
dihisab sendiri-sendiri,
diputuskan masuk syurga ato neraka sendiri-sendiri.
karena amalan qt sendiri-sendiri.

Rugi banget kalo aku ninggalin jama'ah kebaikan karena aku KECEWA SAMA KALIAN..!
Wong amalan kalian ga akan sedikitpun berpengaruh kok pada hisabku,
dan amalanku ga akan sedikitpun berpengaruh pada hisab kalian,

Mo kalian baek kek,
nyebelin kek,
futur kek.
ANE HARUS TETEP ISTIQOMAH, ya gak?;p

Kalian ga kan rugi kalo aku mundur,
Da'wah ga kan rugi kalo aku futur,
Bakal ada puluhan, ratusan, mungkin ribuan orang yang siap menggantikanku.

Satu-satunya yang rugi jika aku keluar, adalah : AKU!

Eh bintang, Gosip dari mana da'wah bikin TERKEKANG, GA KREATIF, dsb dst dll??
Ente keliru ambil kamus tentang definisi kreatifitas kali...?
Inget kan prinsip sejatinya,
SEMUA HAL ITU MUBAH, KECUALI YANG ADA NASH YANG MENGHARAMKAN

so, LAKUIN AJA SELAMA BELOM DILARANG, ;p
Jangan dibalik, DIEM AJA SELAMA BELOM DITA'LIMAT.

Kan keimanan itu hakikat yang aktif dan dinamis yang tercermin dalam amal sholeh dan gerakan. So, mana mungkin seseorang ngaku beriman kalo untuk beramal aja musti nunggu diobrak-obrak 'para jendral'?

Ane berda'wah buat Allah kok, bukan buat ente, pak mas'ul, bu mas'ulah..!

Buat Allah..muara semua tanya..
Doain ane istiqomah neh!
(nyum..nyum. ., no hurt feeling, ok!:))

Karena Cinta Tak Harus Selalu Berwujud Bunga...

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami
dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya
bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,
saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya
mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta
berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang
menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya
kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis
dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta
yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya
kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia
bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa
memberikan cinta yang saya inginkan"
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah- olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak
dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan
darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk
merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,
"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam
hati saya, saya akan merubah pikiran saya:
Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing
gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan
mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok. "
Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar
kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu
hangat yang bertuliskan. ...
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan
saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di
PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan
jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan
membukakan pintu untukmu ketika pulang. ".
"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat
baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa
memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. "
"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya,
dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi
''aneh'.. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah
atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku
alami."
"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua
nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti
ubanmu."
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai,
menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2
bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih
dari saya mencintaimu. "
"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku,
mataku, tidak cukup bagimu.
aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang
dapat membahagiakanmu. "
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi
kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku
untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya
sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan
barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.
Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti
kesukaanku.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih
dari dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta
dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah
hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari
pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Karena cinta tak harus selalu berwujud bunga...

Arjuned Mencari Akhwat

“Kalo kamu pengen bahagia, kamu kudu nikah ama akhwat, jangan ama cewek!” Juned terpekur. Pikirannya ngelantur. Perkataan Sarif- seorang penjaga masjid di kampung sebelah-membuat dirinya tak bisa tenang dalam perjalanan pulang.

Akhwat ? Makhluk jenis apakah itu? Di mana saya bisa menemukannya?

Kemana saya harus mencari? Sekarang puluhan pertanyaan berkelabat dalam kepalanya.

Nama lengkapnya Junaedi Rahman Rahim. Panggilannya Juned. Dia anak seorang juragan minyak yang kaya-raya. Seorang kumbang yang lahir pas jum’at kliwon dan berwajah agak mirip Delon. Sebagai seorang kumbang. Rasanya berbagai jenis wanita pernah singgah dan bertekuk lutut pada Juned. Kapasitasnya sebagai seorang playboy cap kabel tak perlu diragukan lagi. Julukannya pun tak main-main : Arjuned.

Ada puluhan gadis yang pernah menjadi kekasihnya. Dari mulai yang putih-bersih, item manis, blasteran, sampai yang bahenol pun pernah menjadi pacarnya. Kecuali yang satu ini : Akhwat. Satu kata yang baru kali ini dia dengar. Seorang perempuan yang katanya bakalan memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat.

“Apa gue balik lagi aja ya… ? Kenapa gue gengsi buat nanya lebih jauh tentang akhwat sama si Sarif?” sekarang Juned benar-benar kebingungan. Dia lebih mirip orang yang linglung. Menyesal. Rasanya baru tadi dia membentak si Sarif.

“Eh, jangan sok tau luh! Sampe nasehatin gue kudu nikah ama siapa.

Jangankan akhwat! Marshanda pun bisa gue dapetin….! ” Ujar Juned berapi-api. Padahal di dadanya tersimpan banyak kekhawatiran. Sekelabat dia teringat kembali kata-kata ibunya yang super bawel.”Jun…pokoknya elu kudu cepet-cepet nikah! Ibu udah ga tahan denger elu gonta-ganti cewek melulu….!”

Duh, cewek emang bikin susah….!Batin Juned nyerocos sendiri.

Sebenarnya Juned berniat untuk cepat menikah. Usianya yang sudah dualima tahun menjelaskan hal itu. Sebagai seorang pewaris tunggal harta bapaknya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia: harta dan pangkat, telah dia miliki. Cuma seorang istri yang bisa mendampingi disaat susah dan senang saja yang belum dia miliki. Beberapa kali dia mencoba merajut kasih. Namun dari sekian puluh cewek yang dia pacari ternyata tak satupun yang mampu membuat dirinya bahagia. Apalagi beberapa diantara mereka hanya mengincar hartanya saja. Sungguh menyedihkan. Hal ini membuat Juned tak pernah serius menjalin hubungan dengan cewek manapun. Juned mencari seseorang yang tulus mencintainya. Membuat dirinya mampu tersenyum lahir batin. Bukan karena dia seorang pewaris harta bapaknya. Tapi karena dirinya seorang manusia.

‘Juuneeed juga manusia…Punya rasa punya hati….’ (Mungkin lagu itu yang sekarang sedang dinyanyikan Juned he..he).

Pagi berseri. Matahari tersenyum keki. Dengan gesit Juned berdandan sambil melantunkan lagu dangdut kesukaannya, ‘Teelaaah, kutemuuukan diirimu….’, Suara Juned terdengar fals dengan volume yang terus meninggi sehingga merusak pagi yang penuh harapan. Ya, harapan yang telah Juned pupuk sejak tadi malam. Pagi ini Juned memutuskan untuk mencari seorang akhwat. Dan dia berjanji tak kan kembali sebelum pencariannya berhasil.

Semalaman Juned berpikir. Dan dia memutuskan akan menikahi seorang akhwat. Seseorang yang bisa membuatnya bahagia, setidaknya itulah yang diceritakan si Sarif. Seseorang yang terkenal jujur di kampungnya.

“Do’akan Juned Bu, Do’akan juned Pak….” Akhirnya Juned pergi. Terlihat cucuran air mata dari sang ibu yang sedih melepas kepergian sang buah hati. Ayahnya yang juragan minyak sayur itu pun seperti tak rela melepas putra tercinta.

Seketika motor Juned yang di sisi kanannya bertuliskan ‘Arjuned’ melesat meninggalkan kedua orang tuanya yang masih termangu melihat kegigihan putra semata wayangnya. Dari kejauhan keduanya melambaikan tangan perpisahan. Juned, do’a kami menyertaimuuu. .. ..

Motor Juned melesat kencang. Vespa antik berwarna kuning itu pergi jauh meninggalkan kampung Seger Hitut yang penuh kenangan. Angin yang bertiup kencang menemani kepergiannya.

Kota. Aku akan mencari akhwat ke Kota! Ucap juned dalam batinnya. Terlihat semangat yang membahana di kedua bola matanya. Kecepatan motor vespanya terus bertambah.

Kotaaaa! I’m Coming….

Iya lah ke kota! Masa sih cari akhwat ke gunung! Tul ga ? Yuu…

“Cekiiiiittttt”

Vespa Juned akhirnya berhenti di sebuah pasar di dekat kota. Mata Juned langsung celingak-celinguk. Wajahnya keringetan. Mulutnya terbuka, hah-heh-hoh. Diambilnya sebuah parfum merk pusara di tas birunya.

“Srooott…Srooot. .. .”

Satu dua kali disemprotkan parfum beraroma melati campur kemenyan itu ke tubuhnya. Konon, parfum itu adalah peninggalan buyutnya Juned dan sudah turun temurun menjadi senjata pamungkas dalam menggaet perempuan. Cuma, parfum itu belum pernah dicoba untuk menggaet seorang akhwat. Jadi ini adalah pengalaman dan uji coba pertama. Juned lalu membuka sebuah kertas pemberian seorang ustadz di kampungnya.

“Ciri pertama pakaiannya tertutup, ciri kedua rajin ibadah, ciri ketiga matanya ga celilitan, ciri keempat mulutnya ga celamitan, ciri kelima-enam- tujuh….” Juned membaca satu persatu isi kertas itu. Pikiran Juned kembali ngelantur. Matanya menatap angkasa. Otaknya mulai berpikir. Menembus batas-batas kehidupan yang tak pernah bisa dia mengerti.

Di kampungnya, para remaja telah kerasukan budaya barat. Kehilangan identitas. Termasuk para gadis yang dulu polos kini banyak berubah. Mereka berpakaian tetapi telanjang. Inilah dampak lain yang terjadi gara-gara program “internet masuk desa”. Cara hidup orang barat yang super “free” diserap begitu saja oleh para pemuda-pemudi kampung. Juga oleh remaja-remaji di kampung Juned. Kampung yang dulu terkenal sebagai kampung santri. Kini berubah jadi kampung “peragawati” . Peragawati kesasar. Ya..ya..ya.. .itulah nasib kampungnya Juned. Kampung Seger hitut.

Para pembaca yang budiman! Dalam sepuluh tahun ini kehidupan menjadi sangat berbeda. Cara berpikir dan bersikap ala kebarat-baratan telah menjadi virus “mengasyikan” bagi para generasi muda.

Sosok seorang akhwat pun saat ini sangat sulit untuk ditemui. Yang ada hanyalah tampilan cewek-cewek berdandan ala Britney Spears. Dengan pakaian yang super minim. Dan…centilnya itu lho! jadi gimana…gitu!

Dan Juned sangat percaya akan sosok akhwat yang masih misterius. Walaupun Juned ga tau sama sekali seperti apa sosok seorang akhwat. Namun dia yakin bahwa seorang akhwat adalah seorang cewek yang soleh. Perhiasan dunia yang paling indah.

Kata Pa ustadz, ketika awal tahun 2000, masih banyak jumlah akhwat di Indonesia. Tapi Juned yakin, walau stocknya terbatas, yang namanya akhwat itu pasti tetap ada. Pokoknya, gue kudu nikah ama seorang akhwat! Ujar Juned dalam batinnya.

Ok, sekarang kita kembali kepencarian. Juned kembali konsentrasi. Matanya kembali mengintai. Setiap orang diperhatikannya. Tapi… di sana dia hanya melihat ibu-ibu yang berpakaian ketat. Juned lalu melanjutkan perjalanan ke kota. Di pinggir jalan dia melihat banyak Masjid. Namun tak terdapat kehidupan di sana. Masjid butut tak terurus, sama seperti di kampungnya.

Akhirnya Juned sampai di sebuah tempat bertuliskan ‘Modern Super Mall’. “Wow, fantastik….” Uar Juned dengan lidah yang hampir saja keluar. Baru kali ini dia datang ke kota, dan baru kali ini dia melihat pemandangan seperti ini.

Busyeetttt.. .!! ! Itu baju apa daun pisang ? Tipis banget gitu lho…!!!

Jelas banget gitu lho…Mata Juned terbelakak melihat gadis-gadis kota yang berpakaian super sexy. Seketika dia menghela nafas “Emang bener jaman mau kiamat” Ujarnya pelan sambil mengusap-ngusap dada.

Juned meneruskan perjalanan. Vespa antiknya kembali berlari. Dikunjunginya setiap tempat di kota, tetapi sosok seorang akhwat tak jua dia temukan. Tak kurang seribu tanya telah dia lemparkan pada setiap orang yang ditemuinya. Namun tak ada yang tahu di mana akhwat berada. Juned hampir saja frustasi. Pikirannya kembali ke sana-ke mari. “Gue kudu cari masjid, ya, cari masjid….” Seketika Juned teringat masjid, sebuah tempat yang paling jarang dia singgahi.

Akhirnya Juned sampai di sebuah masjid yang besar. Masjid itu terlihat lusuh tak terurus. Diambilnya air wudhu walau sebenarnya dia merasa jijik dengan air yang bau dan berwarna agak ke kuning-kuningan. Benar-benar ga keurus!

Sekarang dirinya siap melaksanakan shalat ashar. Batinnya mencoba untuk khusyu. Ketenangan sekejap menyelimutinya. Tubuhnya yang panas penuh keringat berubah menjadi sejuk karena hembusan angin sepoi yang menentramkan hatinya. “Ya, Allah, ampunkan salah hamba selama ini. Ampunkan kelalaian hamba selama ini. Jangan engkau masukan hamba ke dalam neraka yang ngerinya minta ampun. Matahari yang jauh aja udah panas, apalagi neraka.

Ya, Allah, hamba sekarang sedang mencari seorang akhwat. Perempuan yang katanya mencintai engkau dan engkaupun mencintainya. Perempuan yang katanya bisa membawa hamba pada kebenaran.Tapi, ternyata mencari akhwat itu sulit banget yaaa! Tunjukan jalan-Mu Ya Allah. Biar Juned bisa nikah ama Akhwat. Ya, Allah! pliss…Bantu Juned!” Juned berdo’a dengan khusyu dan penuh pengharapan. Sehabis shalat Juned terpekur duduk di teras masjid. Matahari bergerak cepat kearah barat. Sebentar lagi senja tiba. Dan Juned masih belum menemukan sosok akhwat yang dicarinya.

“De, kok melamun sih ? ga baik lho kalau anak muda melamun….”

Juned yang sedang ngelamun terperanjat mendengar sahutan seorang kakek berjanggut putih yang seketika ada di hadapannya.

“Iya,nih, saya lagi bingung….”

“Bingung kenapa….?” Tanya kakek itu lagi.

“Begini, Kek… saya ingin menikah.” Ujar Juned. Mantap.

“Menikah mah gampang atuh De, duh si Ade mah, pikir atuh De piikirrrr !!!” Si kakek berjanggut langsung nyerocos sewot. Membuat Juned keheranan. Ni, aki-aki peot, kok jadi sewot sih!

“Eh, bukannya saya ga berpikir ! emang seeh menikah jaman sekarang itu mudah. Jangankan satu istri, 4 biji pun saya mampu! Cuma saya pengen nikahnya ama akhwat. Bapak tau ga di mana saya bisa menemukan seorang akhwat ?”

Si kakek terlihat berpikir. Keriput di wajahnya makin terlihat mengerut. “Gampang, De, Jangankan seorang, kesebelasan akhwat pun kakek tau….”.

“Wah, yang bener Kek, di mana Kek ?” Juned terlihat super antusias. Matanya berbinar.

“Sepengetahuan Kakek, yang namanya akhwat itu bisa ditemukan di daerah Ngalong. Sebenarnya di daerah lain juga masih ada sih…. tapi yang Kakek tau sih di sana….”

Juned langsung terperanjat girang. “Thanks ya Kek….”

Setelah bertanya alamat lengkap. Juned langsung menggeber vespa antiknya menuju daerah Ngalong. Sebuah daerah pinggiran kota. Tempat yang katanya masih ’steril’ dan ’sehat’.

Akulah Arjuneeeeed

Yang mencari akhwaaat

Wahai para akhwat

Cintailah aakuuuu….

Juned mengemudi sambil menyanyi kayak orang kesurupan. Kecepatan motornya bikin orang-orang di pinggir jalan pada keder. Siapa dulu donk, Arjuned gitu lho….

Akhirnya Juned sampai. Setelah turun dari motor mata Juned langsung terbelakak. Takjub. Kagum. Nafasnya naik turun ga karuan. Matanya seolah tak mau berkedip. Hebat euy…

Inikah yang namanya akhwat ? Wow, kereeennn… .

Ucap Juned dalam batinnya ketika melihat sekelompok perempuan berjilbab yang sedang keluar masuk masjid. Bener-bener cocok dengan yang diceritakan Pak Ustadz.

Ya, ga salah lagi…ini pasti yang namanya akhwat! Yesss…!!!berhasil … .

Juned berkata kegirangan. Dia merasa heran dengan suasana disini. Berbeda dengan daerah lainnya. Di daerah Ngalong yang namanya masjid itu rame banget. Gimana cara ngedeketin akhwat ? Apa gue langsung tembak aja? Ato langsung diajak nikah kali ya ? pertanyaan-pertanya an itu sekarang mulai berseliweran dalam kepala Juned. Pikiran Juned mulai ngelantur lagi. Hatinya berbunga-bunga dan penuh harapan. “Ah, mendingan gue tanya aja ama orang itu ?” Ujarnya ketika melihat seorang pemuda yang memakai peci kordofi dan berjanggut tipis.

“Maaf Mas…” sapa Juned.

“Eh, iya, ada apa ?”

“Wanita-wanita itu akhwat kan?” si pemuda terlihat keheranan dengan pertanyaan konyol Arjuned.

“I..iya akhwat, emangnya kenapa ?”

“Ga kenapa-napa. ..pengen nanya aja!”

“O…Cuma nanya tooo.”

Juned terlihat malu-malu. Namun akhirnya dia to the point juga.

“Eh, mas, kalo mau nikah sama akhwat caranya gimana….?” Tanya Juned sambil petantang-petenteng . Pemuda itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Juned. Agak kaget. Setelah itu dia terlihat berpikir. Ditatapnya Juned dari atas sampe bawah. Kaos oblong berwarna item, dipadu jaket kulit yang udah kucel, plus jelana jeans yang udah bolong-bolong. Fuihhhh…makhluk ajaib darimana nich….? Batin pemuda itu nyerocos.

Ditatapnya kembali wajah Juned yang terlihat udah ga sabar.

“Emang beener, mas…mas… ”

“Nama saya Arjuned.”

“Oiya, emang bener mas Arjuned mau nikah sama akhwat ?” Tanya pemuda itu. Terlihat ragu. “Yoi donk, kalo ngga buat apa saya berkorban capek-capek kemari. Pengorbanan saya buat sampe di tempat ini berat lho! Gimana, bisa kan?” Sang pemuda kembali terdiam. Wajah putih bersihnya terasa menyejukan di mata Juned. Kemudian dia memandang Juned. Tersenyum tipis.

“Oh, gampang, akhwat itu nikahnya sama ikhwan. Kalo Mas Arjuned ikhwan atau bukan….? Juned terdiam. Otaknya langsung macet. Jawaban pemuda berjanggut langsung membuat mulutnya terkunci. Ditatapnya mentari dalam lembayung senja yang mulai memerah. Angin berhembus mengibas rambutnya yang acak-acakan. Kemudian dia kembali menatap pemuda yang berdiri tegap dihadapannya. Tatapannya tatapan memelas. Bingung. Sekarang hanya ada satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

“Maaf, Mas…ikhwan itu siapa ….???”

—selesai—


sumber :ditulis oleh Adhitya Madani

Kamis, 03 Desember 2009

Kaca Spion Dalam Hidup

Seorang pria mendatangi seorang alim karena dirinya tengah stress berat. Ia baru saja ditinggal oleh istrinya yang memilih kabur dengan pria lain yang ternyata adalah sahabat dekatnya sendiri. Ia tak kuat menahan beban pikirannya, hingga ia pun memilih berhenti dari pekerjaannya yang cukup mapan karena malu dengan rekan-rekan sekantornya. Ia mengurung diri, menyendiri dari lingkungan sosial. Simpati keluarga dan teman-temannya malah membuatnya semakin stress.

Lalu orang alim itu berkata,

"Begini, masa lalu adalah bagian dari hidup yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat mengendarai mobil, masa lalu adalah kaca spion yang harus ditengok sesekali supaya anda tidak menabrak ataupun ditabrak. Masa lalu akan sangat berguna jika anda dapat mengambil manfaatnya. Masa lalu yang menyakitkan jangan membuat anda menempatkan masa lalu itu di kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Itu hanya akan membuat anda berhenti. Karena tak mungkin anda mengendarai mobil dengan terus menerus menatap kaca spion."

"Lalu apa yang harus saya lakukan?" tanya pria itu.

"Pertama, berdamailah dengan diri anda sendiri. Dengan kata lain, menerima kenyataan, bahwa inilah nasib yang harus anda terima. Ingat, segala yang buruk bukan dari Allah SWT. Semua yang dari Allah adalah baik. Jika anda mengalami pengkhianatan, mungkin ini adalah konsekuensi yang harus anda terima karena menikahi istri anda. Semua perbuatan diawali dengan niat. Jika anda menikah karena Allah Ta'alaa, Insyaallah rumah tangga anda akan baik-baik saja. Tapi jika anda menikah karena alasan yang lain, ya...mungkin inilah salah satu akibatnya."

Sang pria tak menjawab. Ia teringat dulu ia menikahi istrinya itu karena ia kagum dengan kepandaiannya, tutur katanya, juga sikapnya. Ia menyangka itu cukup untuk menjamin kebahagiaan berumah tangga.

"Apa berikutnya?" tanya sang pria setelah beberapa saat.

"Berikutnya, sebenarnya mudah, tapi kadang sulit dilakukan, yaitu berserah diri kepada Allah SWT. Awali dengan tobat. Jangan merasa: kok disuruh tobat kan saya yang dianiaya. Tujuan tobat adalah membersihkan diri, baik dari segala pikiran buruk, niat yang buruk, maupun perbuatan buruk. Jika diri anda bersih, maka anda sendirilah yang akan menikmatinya, bukan Allah. Jika diri anda kotor, maka anda sendiri yang akan meraskan dampaknya, bukan Allah."

Sang pria merasa malu. Memang ia merasa dirinyalah yang tengah menderita. Tak terpikirkan olehnya untuk bertobat.
"Lalu, apalagi setelah tobat?"

"Bersyukur. Ya, anda justru harus bersyukur. Apa yang harus disyukuri? Semua, mulai sejak anda dalam kandungan hingga detik ini. Bersyukurlah anda lahir dengan fisik sempurna. Bersyukurlah anda memiliki orang tua yang membesarkan anda. Bersyukurlah anda selama ini hidup berkecukupan, tidak kekurangan. Bersyukurlah anda tidak gila karena terlalu stress. Mungkin selama ini anda jarang bersyukur..."

Ia kembali merasa malu. Sepanjang hidupnya ia tak ingat kapan pernah bersyukur.

"Cukup tiga hal itu, insyaallah, anda tidak akan mengalami stress lagi." kata sang orang alim.

Niat adalah awal dari perbuatan. Selalulah berniat karena Allah. ditunjukkanNya jalan keluar terbaik.

Find Me On Facebook